Selasa, 24 Juli 2012

Pura-pura Utuh


PURA-PURA UTUH


Masih terasa, sebenarnya masih ada. Di sini. Masih di tempat yang sama.

Sebenarnya di sini masih menangis.

Sebenarnya di sini masih sakit.

Sebenarnya di sini masih ada, tempat yang sama, hanya kali ini terasa berbeda.

Bukan, bukan karena dia.

Sebenarnya aku pura-pura.

Pura-pura menyerah, pura-pura tidak terjadi apa-apa. Di sini.

Pura-pura semuanya baik-baik saja.

Sungguh, pura-pura.

Pura-pura tersenyum mengurai kata ‘kita’.

Pura-pura terlihat bahagia.

Pura-pura merelakan pilihanmu.

Pura-pura utuh. Pura-pura tidak mampu membuatmu utuh.

Bukan, bukan karena dia.

Andai memaafkan datang sepaket dengan melupakan.


Sabtu, 21 Juli 2012

Menjauh.....

Aku tidak tau apa yang terjadi dan menyebabkan semua ini.

Aku hanya tidak ingin menerka-nerka dan melihat ke belakang lagi.
Lelah. Menyerah.
Aku putus asa.
Semua tidak bisa di perbaiki.
Aku pun tidak ingin kembali.
Semakin aku mencoba memperbaiki dengan segala bentuk usaha yang merendahkan diri ku sendiri. Adakah hasilnya? Adakah perubahannya? Tidak.
Semakin aku bersikap ramah dengan segala upaya ku bahkan telah membuang gengsi ku sendiri. Adakah kau lihat itu? Adakah kau merasakannya sedikit saja? Tidak.

Satu kali, Dua kali, Tiga kali aku coba memperbaiki.
NIHIL. Tidak ada hasilnya sama sekali.
Bahkan mungkin aku semakin terlihat rendah dimatamu.
Cukup. Aku tidak ingin mencoba apapun lagi.
Aku bukannya cepat menyerah, namun silahkan kamu cari ke seluruh belahan dunia.
Adakah orang yang akan tetap terus menerus bertahan, jika segala usaha yang ia lakukan sama sekali tidak di hargai? Tidak ada rasanya.

Kamu bilang aku egois. Sekarang bercerminlah.
Terlihat jelas dalam masalah ini siapa yang lebih egois.
Satu persatu dari kita semakin menjauh, semakin memberi jarak.
Dan ini lebih baik dari semuanya.
Aku lega telah berhasil mendorong diriku keluar jauh dari tempatmu berada.
Aku lega karena dengan adanya begini, aku telah menghapus dirimu dari daftar orang yang ku kenal.
tapi aku tidak membencimu, aku hanya menghilangkan respect padamu.
Aku lelah. kita menjauh, lalu mendekat lagi. Selalu seperti itu.
Dan mungkin bisa di pastikan ini terakhir kalinya aku menjauh, karena kita tidak akan lagi menjadi dekat.

"Everything and everyone changes. If you don't progress then you'll always be in the past. Start moving forward instead of staying behind."

Kamis, 19 Juli 2012

Aku Tidak Berhak

Inspired by song: Ecoutez - Percayalah


Enggan Melupakan, Bertahan Dalam Kesakitan
Haruskah terus membiarkan semua kebodohan ini menjadi bagian dalam diriku?
Haruskah terus menerus berbohong menyembunyikan luka?
Senyum ku pun berubah lara, tiada yang bisa menebak bagaimana perasaan didalamnya?
Hatiku pun menyimpan sebuah rahasia, dan tak ada yang tau apa isi nya..
Hanya aku, sang pemilik dan pencipta rasa cinta. Tuhan...

Pernahkah kamu seolah-olah tidak berkata apa-apa, tapi kamu berbicara?
Pernahkah kamu seolah-olah tak bergeming, tapi kamu diam dalam hening?
Pernahkah kamu seolah-olah jatuh cinta, tapi kamu mati rasa?
Pernahkah kamu seolah-olah tertawa bahagia, tapi kamu menahan sakitnya luka?

Ajarkan aku menjadi naif...
Senaif dirimu yang berusaha membunuh cinta yang bahkan tidak bisa kamu buat sirna.
Senaif dirimu yang masih bisa tertawa bahkan disaat melihatku menitikkan air mata.
Atau ajarkan aku menjadi penipu
Yang berusaha mengganti candamu ditengah kesakitanmu..

Haruskah rindu pada yang bukan milik kita?

Senin, 09 Juli 2012

Di Batas Senja



Senja bergeming. Aku diam dalam hening, rindu seketika kering, menjelma pohon tanpa ranting.
Pada senja aku bertanya, "Adakah yang lebih abu daripada rindu yang tak mengenal waktu, pada sesuatu yang semu?
Terkadang kita bersomasi menjadi persegi panjang. Aku,kamu,rindu dan jarak yang menghadang.
Maaf, mungkin memang mauku memilih menyerah
Sepertinya saat ini tak ada lagi yang lebih menyenangkan selain memaki kebodohan diri sendiri.
Kalau tangisan tak lagi bisa menenangkan, lalu dengan air mata apa lagi untuk menumpahkan sesak di hati?
Ini bukan tentang saling menyalahkan, tetapi saling mengingatkan saat yang lain melakukan kesalahan.
Tak perlu diungkapkan sebagaimana engkau telah mengetahui...

Ingat? Saat matahari mulai lelah bersinar cerah.. Disaat matahari mulai malu dan ingin mengilang sebelum bertemu langit berwarna hitam kelam.
Kita berdua sedang bercanda di bawahnya.
Di sore yang sejuk dengan angin yang pelan-pelan meniupkan aromanya.
Dengan angin yang sayup-sayup dapat ku dengar suaranya.
Sebuah perbincangan sederhana namun penuh makna.
Aku menyesal, mengapa disaat matahari berada di tepi senja yang indah.
Disaat matahari mulai turun secara perlahan.
Aku dan kamu tidak menyaksikannya secara benar.
Aku dan kamu malah sibuk sendiri-sendiri dengan pikiran jenuh tak berarti.
Selalu. Disaat seperti ini kita berdua duduk berdampingan. Seiring menikmati keindahan matahari dibatas senja kita juga saling mengungkapkan apa yang ada di dalam benak.
Apa yang tersisa di balik sebuah kata.
Dan adakah luka didalamnya?
Ingatkah tentang itu?
Aku masih menyimpan dengan rapi dalam memori.

Kini, di batas senja yang terakhir.
Di bawah matahari yang mulai malu menunjukkan ceria nya.
Aku ingin menikmati senja dengan cara yang berbeda.
Bukan dengan obrolan sederhana yang kian lama berubah menjadi perbincangan sinis menyindir sebuah perasaan masing-masing.
Aku ingin menikmati senja bersama mu, untuk yang terakhir kali.
Sebelum akhirnya jarak dan kesibukan di diri kita yang akan menjadi pagar pemisahnya.
Aku ingin kita berdua menyaksikan sebuah matahari yang terbenam dan lalu bulan dan bintang akan berdatangan.
Di saat senja menghilang, malam pun datang.
Aku ingin menyambut malam bersamamu.
Malam, dimana semua nya akan menjadi sebuah penutup.
Malam, dimana akan terlahir lah mimpi-mimpi indah dan mimpi yang tak harusnya ada.
Malam, dimana kita berdua akan terjaga dalam tidur di dua tempat yang berbeda.
Aku hanya ingatkan. Barangkali kau hilang ingatan. Aku berharap kau cepat tersadar dari lamunan, tak terlambat menyadari saat aku telah pergi…
Karena aku tidak akan datang untuk kembali lagi.
Aku akan pergi sejauh-jauhnya dari kehidupanmu.
Masih ada waktu untuk mencegah pilihan ku ini.
Temui aku di tempat biasa, di hari dan jam yang sama.
Disaat Senja menunjukkan pesonanya.

Jumat, 06 Juli 2012

Kehilangan Bukan Berarti Gagal



Ada saat dimana kita takut kehilangan, takut untuk melepaskan dia yang kita cintai.

Tetapi ada pula saat dimana kita harus berhenti mencintai dia , bukan karena kita tidak mencintainya lagi namun karena kita menyadari bahwa dia akan lebih berbahagia apabila kita merelakannya pergi.

Kita tidak mau kehilangan seseorang ketika kebahagiaan kita tergantung dari keberadaannya di dekat kita.

Kita tidak mau kehilangan seseorang ketika kita takut tidak menemukan yang seperti dia lagi.

Kita tidak mau kehilangan seseorang ketika kita menilai dia ganteng, cantik, atau memiliki kelebihan dibanding orang lain.

Kita tidak mau kehilangan seseorang ketika kita mengingat begitu banyak kenangan yang indah sudah kita lewati bersama dia.

Kita tidak mau kehilangan seseorang ketika di dalam hati kita berkata "Aku ga bisa! Aku sangat mencintai dia! Kalian ga tau apa yang aku rasain! "

Tapi tak sadarkah kita bahwa

Merelakan dia pergi bukanlah akhir dari dunia melainkan awal sebuah kisah yang baru.

Kita harus melepaskan dia pergi karena kebahagian kita adalah kita yang menentukan sendiri dan bukan tergantung orang lain.

Kita harus melepaskan dia pergi karena saat Tuhan mengambil sesuatu maka Dia juga telah siap menyediakan sesuatu yang lain yang terbaik bagi kita.

Kita harus melepaskan dia pergi karena yang sempurna belum tentu yang terbaik bagi kita.

Kita harus melepaskan dia pergi ketika kenangan kenangan indah itu hanya tinggal masa lalu.

Kita harus melepaskan dia pergi karena hati kita yang lain berkata " Aku ini manusia bodoh, tak ada lagi yang dapat dipertahankan"

Kehilangan sesuatu memang berat namun bukan berarti kita tidak mencapai apa-apa. Namun kita telah memahami sesuatu.

Ada saat mempertahankan, ada saat melepaskan dan ada saat dimana kita harus kehilangan.

Senin, 02 Juli 2012

Ekspektasi Selalu Tertelan di Makan Realita




Aku mengerti, sangat amat mengerti apa yang membuat ini terjadi.
Ini bukan kesalahan, namun ini juga bukan kebenaran.
Aku berada di antara keduanya.
Aku berdiri di titik tengah, dimana semua masalah bisa saja aku langkahi.
Tapi, tidak semudah melompat dan melangkah untuk menghindarinya.
Aku hanya perlu mengatur strategi.
Dimana seharusnya aku lah yang menjadi peran utama dan aku yang mengatur segala realita di hidupku sendiri.
Bukan kamu atau orang lain.
Aku tidak terjebak, karena ini bukan jebakan.
Aku juga tidak terperangkap, karena tidak ada yang memasang perangkap.
Aku hanya tidak berpikir panjang.
Aku hanya........................
Ah, sudahlah.
Aku pun masih terjebak pada sebuah bayangan.
bayangan diriku sendiri, sebuah rasa sesal kah?
Entah, aku belum terlalu yakin untuk bersaksi bahwa aku terlalu mengerti sebuah perasaan ini.
Banyak yang ingin aku jelaskan. Namun, sudikah kamu mendengarkannya sebentar? TIDAK.
Banyak yang ingin aku ungkapkan. Namun, aku selalu terpaku.
Bibir ini seakan terkunci rapat, Menjadi membisu. Bahkan untuk menyampaikan tidak lebih dari satu kata saja.
Kenapa aku selalu bisa untuk menahan semua rasa?
Bahkan perasaan yang sangat ingin aku hindari, yang ingin aku buang secara perlahan.
Aku tidak pernah menginginkan ini.
Aku tidak pernah ingin menjadi korban dan di tuntut untuk bertanggung jawab pada kesalahan yang bahkan aku tak tau pasti.
Aku menyaksikan sesuatu hal, dan merekamnya dalam memori.
Memori ini yang membuatku tidak bisa begitu saja pergi dan angkat kaki lalu meninggalkan semua nya tetap berantakan disini.
Lagi-lagi Angan dan Harapan harus terhenti sampai disini.
Terhenti begitu saja, di makan oleh kenyataan.
Di Makan oleh sebuah penantian yang berujung luka.
Aku belum pernah menyaksikan ini, sebuah ekspektasi di lumat dan di lahap begitu saja oleh sebuah realita.
Entah, apa ini bisa ku sebut dengan Realita, Karena belum jelas dan pasti ada kebenarannya.
Sebuah ekspektasi yang selalu tertalan dalam sekejap bahkan tidak bisa dilihat oleh kasat mata.
Adilkah? jika semua kesalahan yang terjadi selalu kamu limpahkan padaku?
Entah aku memang selalu salah di mata mu, tidak sedikit pun ada kebenaran yang bisa kau lihat.
kau sudah di butakan oleh berbagai macam persepsi diluar sana.
Kau hanya melihat setengah mata, dan itu pun setengah tertutup pula.
Ketika sebuah titik kecil dapat menghapus semua sisi positif dan kebaikan,
Ketika sebuah Harapan bisa saja di makan mentah-mentah oleh sebuah rasa dan kenyataan yang tidak dapat dipastikan apakah kebenarannya.
Yaitu lah, Ekspektasi terkadang selalu tertelan di makan oleh sebuah realita yang fana.

Sebuah Ruang Kosong Bernama........ Rindu.

Sebuah ruang kosong bernama rindu



Aku berjalan disebuah lorong dengan penerangan yang begitu terang. Berjalan terus tanpa henti, tak satu pun langkah kaki yang sempat terhenti. Aku terus menerawang jauh ke depan mencoba menerka dan menebak adakah kebahagiaan didepan sana?
Berjalan jauh tanpa lelah, tanpa satu langkah kaki pun yang terpaku.
Jauh, aku tak tahu telah seberapa jauh berusaha berjalan dari tempat semula aku berdiri, dari tempat semula aku berpijak.
Mencoba menghindar dari semua perasaan bersalah.
Mencoba menjauh dari semua perasaan jenuh.
Aku ingin melupakan semua yang ada.
Semua yang telah terjadi di antara kita biarlah sirna, biarlah menjadi fana.
Aku ingin menjadi amnesia, melupakan semua pertengkaran di antara kita. Pertengkaran yang sama sekali seharusnya tidak ada.
Pertengkaran kecil yang kian menjadi besar karena keegoisan kita.
Namun, entahlah...
Aku sudah berlapang dada untuk mencoba memperbaiki semua, berusaha dan terus berusaha tanpa sekalipun terbesit di benakku untuk menyerah begitu saja tanpa ada hasil yang indah pada nanti waktunya akan tiba.
Aku hanya rindu...
Rindu dimana dulu selalu ada waktu.
Dimana dulu selalu ada canda.
Dimana dulu selalu ada kamu dan aku.
Dimana dulu selalu ada haru.
Dimana dulu selalu ada ceria.
Dimana dulu selalu ada kita.
Aku hanya tidak tahu, kapan ini berakhir?
Kapan diri kita masing-masing mengakhiri semua ini? Semua hal yang tak layak untuk dibiarkan terus terjadi.
Aku hanya tidak tahu, apakah semua bisa kembali?
Kembali seperti masa lalu yang jika dibakar oleh api tak akan habis dan berubah menjadi abu.
Aku hanya ingin semua luka itu sirna.
Ini yang aku inginkan. Sederhana. Sangat sederhana. Tidak membutuhkan apa-apa untuk mewujudkannya.
Hanya membutuhkan kerendahan ego kita.
Dan kedewasaan diri kita.
Itu saja.
Namun, aku tidak tahu apa keinginanmu.
Apakah kamu ingin terus seperti ini dan waktu sendiri yang akan membuat kamu merasa semu.
Apakah kamu yang ingin ini terjadi dan akan melupakan masa-masa dimana ada kita. Ada semuanya yang indah dan tanpa luka.
Aku tidak tahu, dan tidak pernah ingin berusaha menebak apa yang ada didalam hatimu.
Kembali pada sepi, aku terus berjalan didalam lorong cahaya.
Mencari jalan keluar, mencari sebuah pintu yang benar.
Namun, kamu tahu apa yang ku temukan?
Sebuah pintu, pintu coklat yang mulai usang dimakan waktu.
Pintu kayu, yang engselnya mulai rapuh jika disentuh.
Aku mendorong pintu secara perlahan.
Dan berharap inilah jalan keluarnya.
Tapi apa yang ku temukan?
Itu adalah sebuah ruang kosong yang tak berpenghuni.
Sebuah ruang kosong bernama rindu.
Dan aku terkunci didalamnya.
Hanya kamu, yang memiliki kunci untuk mengeluarkan aku dari situ.
Datanglah, keluarkan aku dari sini dan jangan pernah pergi lagi.




Currently Listening: TANGGA - Cinta Tak Mungkin Berhenti