Jumat, 18 Januari 2013

Gitar Kayu di Sudut Kamar




Maaf ya, aku membiarkan kamu diselimuti debu yang tebal.
Aku terus menggantungmu disudut kamar, sedangkan aku tahu digantung terlalu lama pasti menyakitkan.
Aku jarang memelukmu lagi, bukan karena aku bosan. Hanya saja aku belum sempat, kamu tahu kan hampir setiap hari aku berangkat pagi dan pulang larut malam? Untuk beristirahat pun masih kurang.
Namun, bagaimana pun kamu adalah bagian dari hidupku. Pembuat berbagai nada dari setiap lantunan yang ku petik. Pelengkap kesatuan lagu yang tercipta dari berbagai lirik.
Kamu penghiburku disaat aku jenuh karena rindu yang semakin mengeruh.
Kamu lah satu-satunya yang tak pernah berhenti menemaniku disaat sepi, disaat aku lelah sendiri.
Apa kamu rindu kepada seorang lelaki paruh baya yang sering merawatmu? Iya, dia ayahku, aku juga merindukannya. Setelah kepergiannya enam bulan yang lalu, aku jadi tidak bergairah bermain gitar lagi.
Setiap kali aku menyentuhmu, rasa rindu ku semakin dalam padanya, seperti ada rasa sesak didalam tenggorokan saat ingin bernyanyi.
Kamu mau menjadi pengantar rinduku pada ayah melalui sebuah nada?
Kamu mau menjadi pengantar rasa cintaku pada ayah melalui sebuah lagu?
Dulu setiap kali ada waktu senggang, aku sering sekali duduk berdampingan dengan ayah dan mulai bernyanyi. Ayah yang memainkan gitar, memetik setiap senar menjadikan sebuah lagu yang indah. Aku yang bernyanyi, Kadang pula sebaliknya.
Kembali pada kamu, maaf ya mungkin nanti malam aku akan membersihkanmu dari debu tebal. Bajumu sudah selesai aku cuci, jadi kamu tidak akan kedinginan dan diselimuti debu tebal lagi. Kamu tentu akan jauh lebih nyaman berada dibalik tempatmu yang sesungguhnya, dibalik baju hitammu.
Besok Weekend, kita berpelukan lagi ya.
Aku ingin mengulik salah satu lagu, dan ingin melemaskan jemariku yang rasanya sudah mulai kaku karena cukup lama tidak menyentuhmu.


Wahai gitar kayu kesayanganku, tunggu aku ya, secepatnya aku akan memelukmu.

Talitha Brantya




#30HariMenulisSuratCinta
#5

Tidak ada komentar: