Senin, 09 Juli 2012

Di Batas Senja



Senja bergeming. Aku diam dalam hening, rindu seketika kering, menjelma pohon tanpa ranting.
Pada senja aku bertanya, "Adakah yang lebih abu daripada rindu yang tak mengenal waktu, pada sesuatu yang semu?
Terkadang kita bersomasi menjadi persegi panjang. Aku,kamu,rindu dan jarak yang menghadang.
Maaf, mungkin memang mauku memilih menyerah
Sepertinya saat ini tak ada lagi yang lebih menyenangkan selain memaki kebodohan diri sendiri.
Kalau tangisan tak lagi bisa menenangkan, lalu dengan air mata apa lagi untuk menumpahkan sesak di hati?
Ini bukan tentang saling menyalahkan, tetapi saling mengingatkan saat yang lain melakukan kesalahan.
Tak perlu diungkapkan sebagaimana engkau telah mengetahui...

Ingat? Saat matahari mulai lelah bersinar cerah.. Disaat matahari mulai malu dan ingin mengilang sebelum bertemu langit berwarna hitam kelam.
Kita berdua sedang bercanda di bawahnya.
Di sore yang sejuk dengan angin yang pelan-pelan meniupkan aromanya.
Dengan angin yang sayup-sayup dapat ku dengar suaranya.
Sebuah perbincangan sederhana namun penuh makna.
Aku menyesal, mengapa disaat matahari berada di tepi senja yang indah.
Disaat matahari mulai turun secara perlahan.
Aku dan kamu tidak menyaksikannya secara benar.
Aku dan kamu malah sibuk sendiri-sendiri dengan pikiran jenuh tak berarti.
Selalu. Disaat seperti ini kita berdua duduk berdampingan. Seiring menikmati keindahan matahari dibatas senja kita juga saling mengungkapkan apa yang ada di dalam benak.
Apa yang tersisa di balik sebuah kata.
Dan adakah luka didalamnya?
Ingatkah tentang itu?
Aku masih menyimpan dengan rapi dalam memori.

Kini, di batas senja yang terakhir.
Di bawah matahari yang mulai malu menunjukkan ceria nya.
Aku ingin menikmati senja dengan cara yang berbeda.
Bukan dengan obrolan sederhana yang kian lama berubah menjadi perbincangan sinis menyindir sebuah perasaan masing-masing.
Aku ingin menikmati senja bersama mu, untuk yang terakhir kali.
Sebelum akhirnya jarak dan kesibukan di diri kita yang akan menjadi pagar pemisahnya.
Aku ingin kita berdua menyaksikan sebuah matahari yang terbenam dan lalu bulan dan bintang akan berdatangan.
Di saat senja menghilang, malam pun datang.
Aku ingin menyambut malam bersamamu.
Malam, dimana semua nya akan menjadi sebuah penutup.
Malam, dimana akan terlahir lah mimpi-mimpi indah dan mimpi yang tak harusnya ada.
Malam, dimana kita berdua akan terjaga dalam tidur di dua tempat yang berbeda.
Aku hanya ingatkan. Barangkali kau hilang ingatan. Aku berharap kau cepat tersadar dari lamunan, tak terlambat menyadari saat aku telah pergi…
Karena aku tidak akan datang untuk kembali lagi.
Aku akan pergi sejauh-jauhnya dari kehidupanmu.
Masih ada waktu untuk mencegah pilihan ku ini.
Temui aku di tempat biasa, di hari dan jam yang sama.
Disaat Senja menunjukkan pesonanya.

Tidak ada komentar: