Kamis, 29 September 2011

Bukan Obsesi

Dari aku kecil, aku sudah suka membaca. Mulai bacaan di papan reklame pinggir jalan, di billboard, pamflet, majalah, komik, buku dongeng, hingga koran. Dan hobi membaca ku itu berlanjut hingga aku remaja ini. Aku suka sekali membaca biografi seseorang, buku motivasi, majalah, juga novel. Entah kenapa saat aku membaca novel. Aku bisa merasakan menjadi peran utama didalam novel tersebut. Hingga akhirnya aku pun menyalurkan juga hobi menulisku ke dalam bentuk novel yang saat ini sedang tahap proses penyelesaian. Isi novel yang ku buat sederhana. Kisah nyata dari kehidupanku. Aku menganggap novel ini sebagai diary. Aku tidak tergolong anak yang introvert. Tapi sepertinya untuk beberapa masalah ada yang tidak bisa aku ceritakan pada semua orang yang dekat denganku. Mungkin setelah nanti novel ku selesai dan berhasil memenuhi syarat untuk segera di terbitkan. Semua orang yang mengenalku baru akan tahu siapa aku sebenarnya dan dari mana aku berasal. dan mungkin mereka dan kamu yang mungkin menyempatkan waktu untuk berkunjung ke blog ku dan membaca entry ini. Akan menilai sendiri bagaimana aku menjalani masa masa sulit dan masa masa berat di hidupku selama ini. Aku ingin menjadi penulis novel yang best seller. Yang tentu nya juga bisa bermanfaat untuk setiap orang yang membaca nya. juga bisa memotivasi mereka dan membangkitkan mental mereka setiap mereka menghadapi masa masa sulit dan berat dikehidupan ini. Aku hanya ingin berbagi tanpa pernah sedikit pun bermaksud menggurui kalian. Aku juga hanya manusia biasa. Punya perasaan yang sensitif apalagi aku ini wanita. Aku ingin berbagi sedikit cerita dan pengalaman bagaimana seharusnya kita memanfaatkan hidup kita yang singkat dan indah ini dengan hal hal yang menyenangkan. Aku rasa ini bukan obsesi belaka. Bismillahirohmanirrohim semoga allah mengijinkan aku untuk cepat cepat menyelesaikan novel ku ini.

Minggu, 25 September 2011

FLASHBACK (Part 2)

jujur, saat malam itu. Sebelum aku pulang. Aku ingin sekali mencium pipi nya. Tapi entah dorongan perasaan apa, yang membuat aku mengurungkan niat untuk menciumnya. Aku hanya cium tangannya.
Sesampai dirumah. Aku tidak bisa tidur, sekalinya aku tertidur pun karna ada beberapa bunyi telpon berdering namun setelah diangkat, telpon itu langsung mati.
sampai akhirnya aku tertidur.

20 JANUARI 2011
Aku terbangun tepat jam alarm ku berbunyi.
Saat aku sedang bersiap siap menyiapkan seragam untuk ke sekolah. kakak ku menelpon nenekku. Dia bilang dengan tergesa gesa dan suara agak kecil karna sudah terisak tangis. "cepetan kerumah sakit! Mama udah koma di ICU, nafasnya udah engap engapan".
Aku yang sepertinya tahu ekspresi nenekku, langsung lemas, terduduk di sofa. Terisak tangis. Entah pikiran ku terbawa melayang sampai mana.
Semua orang rumah langsung bergegas menuju rumah sakit. Begitu juga kedua om-ku.
Sesampai disana aku langsung membuka pintu ruang ICU dengan perasaan tak karuan.
Yap kakakku langsung keluar saat kami semua masuk, mata nya sembab, bahkan masih terus meneteskan air mata. Mungkin saat itu dia butuh waktu untuk menenangkan diri.
Saat melihat mama terbaring lemas dan pucat di atas tempat tidur dengan segala alat dan kabel yang melekat di badannya. Air mata ku tumpah seakan hujan turun langsung deras, tanpa ada rintik rintik gerimis.
Napasnya di pompa dengan alat rumah sakit, kaki nya sudah kaku, sudah dingin dan kuku jari nya pun sudah biru.
Aku berdiri di sampingnya, melafalkan 'la illaha ilallah' tanpa henti seakan menuntunnya untuk mengucapkannya juga. saat itu wajah ku hanya berjarak 1cm-2cm dengan wajahnya karna aku melafalkan kalimat itu tepat di telinganya. Masih tercium dan terdengar nafas mama yang sedikit sedikit dia hembuskan dengan bantuan alat. Lalu aku pindah tempat ke sebelah kanan mama, membacakan surat yasin di dekat telinga nya juga. Tapi belum selesai aku membacakan surat yasin sampai habis. Nenek dan salah satu suster yang menjaga mama ku saat itu bertatap muka, mata nya bertemu. Dan suster mengatakan kalimat yang bisa saja membunuhku juga saat itu, yang bisa juga mengehentikan detak jantungku saat itu. "maaf, ibu ini udah ga ada". Sambil melirik mama ku.
Tahukah kamu teman, saat itu juga satu ruang ICU terpenuhi oleh jerit suara ku, jerit tangis ku. Bahkan mungkin dengan suara jeritanku bisa menyadarkan orang orang yang sedang koma di dalam ruang ICU itu.
Kamu tahu apa yang ku rasakan saat itu? Sungguh tidak dapat di ungkapkan. Pedih, sakit, sesak, semua nya gelap, semua nya berakhir. Pikiran ku kacau.entah ini hanya mimpi atau memang nyata? Entah ini hanya akting atau memang benar adanya. Lalu nanti setelah ini aku akan tinggal bersama siapa? Sempat merasa dunia ini tidak adil. Atau memang benar ada nya bahwa dunia ini tidak adil? Tapi kamu tidak akan pernah merasakan kehilangan sebelum kamu sendiri merasakannya.
Kehilangan separuh dari jiwa kamu.
Satu yang sangat ku sesali saat itu. Kenapa aku tidak menjaga nya malam itu dirumah sakit?kenapa aku malah pulang?kenapa aku tidak mencium nya saat pamit pulang? Namun demi allah aku ikhlas. Menjalankan semua cobaan yang tidak pernah berhenti datang untuk menguji ku.

FLASHBACK (Part 1)

entah kenapa hari ini pengen banget rasanya flashback. Flashback ke masa masa kecil gua. Yang saat itu belum ngerasain sakit hati dan tekanan batin. Saat dimana dalam satu rumah masih lengkap ada mama, papa dan kakak gua... Tapi mungkin 1000 entry pun ga akan cukup untuk menceritakan itu semua.
Seperti biasa, yang gua rasakan saat menulis entry ini adalah rasa rindu yang emang udah nggak bisa terbendung lagi.
Dan rasa rindu ini udah nggak bisa di ungkapkan, karna gua udah beda dunia sama orang yang gua rindukan ini. Yap. she is my superhero, she is my supermother.
5 hari sebelum hari paling menyakitkan itu.

15 JANUARI 2011
hari ini hari sabtu, mama bilang klo besok pas hari minggu, mama di ajak sahabatnya ke rangkas. Hari ini gua dateng ke pensi SMA salah satu di tangerang. Cuma formalitas buat menuhin undangan yang dikasih dari osis aja. Pas maghrib anginnya emang kenceng banget terus mama sms "angin kenceng, pulang aja". Terus nggak sampe malem gua uda pulang kerumah. Malam itu, berdua sama alm. tiduran sambil nonton tv diruang depan, posisi tidurannya mama meluk gua, kaki nya nindihin kaki gua, kayak klo dia lagi meluk bantal guling, malam itu cerita2, sampe mama ngucapin kata kata agak aneh "de, klo nanti kamu nikah mama masih bisa lihat nggak ya?". Gua cuma bilang "ya masihlah ma harus". Tanpa terpikir ada maksud apa dari yang mama ucapin malam itu.


16 JANUARI 2011
hari minggu ini mama udah pergi ke rangkas sebelum gua bangun, dia cuma nyiapin sarapan pas itu. Sampe mama pulang agak malam, malem ini masih sama. Mama tiduran di sebelah gua sambil nonton tv. Dan meluk gua, seperti layaknya gua bantal guling.


17 JANUARI 2011
Hari senin pagi mama udah berangkat, malah sebelum gua berangkat sekolah. Dia bilang sih janjian sama temennya di stasiun, karna mau nemenin temennya ke mangga dua. Pas malemnya mama seperti biasa tisuran di depan ruang tv sama gua sambil cerita. Tadi dikerjain sama temennya, ternyata temennya datengnya sekitar jam 9. Berarti mama nunggu di stasiun sendirian sekitar 3jam. Parah emang.. Gua ngedenger cerita itu agak sedikit kesel juga.


18 JANUARI 2011
Hari selasa mama pergi sama sahabatnya, pas maghribnya pulang jemput gua dan kakak gua ngajak makan di luar, masih ada 2 orang temen mama juga. Malam itu mama pesen ayam rica rica klo nggak salah. Pas pulangnya, sampe depan rumah mau masuk rumah, gua denger suara burung yang biasanya nandain ada orang yang mau meninggal. Malem itu masih bilang ke mama "ma, kok ada suara burung yang biasanya ada orang mau meninggal itu ya?". "hmm, siapa ya yang mau meninggal?" bahkan mama pun nggak tau klo ternyata burung itu yang memperingatkan kematian nya.


19 JANUARI 2011
Rabu pagi pagi mama udah ngeluh klo perutnya sakit, tapi karna emang biasanya mama sakit perut itu cuma karna sakit maag, asam lambungnya udah kronis jadi gua cuma menyarankan mama minum obat maag. Terus gua berangkat sekolah. Karna hp gua lowbat jadi akhirnya mati. Hari itu ada remedial fisika, jadi gua pulang agak siang. Pas istirahat sambil nunggu remedial sepulang sekolah, ternyata ada temen, yang bawa charger. Sambil di charger, gua nyalain hp. Ada 2 new message. Dari mama "de, cepet pulang mama sakit" pas gua liat itu sms dr jam 9 pagi, dan sms 1 lagi dari temen mama yang juga nyuruh gua pulang juga. Selesai nya remed gua langsung pulang. Jam 3 sampe rumah. Dirumah ada kakak gua, sama 2 temennya mama. Dan mama yang lg terkulai lemas megangin per utnya sambil merintih kesakitan. Jam 5 mama di bawa ke UGD rumah sakit u***a *n*a*i gua udah nangis daritadi nyesel plus bingung harus gimana. nggak lama mama udah di bawa ke ruang rawat inap. Mama masih merintih kesakitan, sambil terus bilang ."mama ga kuat mama ga kuat" jam 8 gua pulang, karna harus siapin buat besok sekolah. Malam itu kakak gua yang jaga . Sambil pamit ke mama, dia bilang agak terbata bata "besok pulang langsung kesini ya, temenin mama" (to be continued)

Senin, 12 September 2011

Cinta Mati

Lihat aku. Lihat aku saja.

Aku punya semua yang kau butuhkan. Aku akan memberikan semua yang kau inginkan. Tetaplah di sisiku, jangan pergi. Aku tak ingin kau menoleh ke arah lain.

Lihat aku. Lihat aku saja.

Jangan pernah mengkhianatiku. Terpikir sedikit pun jangan. Aku tak bisa membayangkan hidup tanpamu. Aku tak akan membagimu untuk siapa pun. Harusnya kau tahu itu.

Tapi kenapa kau tak hanya melihat ke arahku?

Kau terdiam, menelan sejuta rahasia di dalam rongga mulutmu. Aku tercekat, tak menyangka begini caramu membalas cintaku. Tidak. Kau tak akan lolos semudah itu. Kau milikku. Tak seorang pun boleh memilikimu selain aku

Cintaiku saja. Atau mati.


(kata-kata di belakang cover novel berjudul "cinta mati" karya Armaya Junior)

Jumat, 09 September 2011

sebatas pandangan

Dengan tajam aku memandang langit.
Begitu luas.
Seolah aku ingin selepas angin membawa ku terbang kehamparan langit.
Dengan tajam aku memandang lautan.
Begitu indah dan biru.
Seolah aku ingin serbuan ombak membawa ku hingga ke daratan pulau kebahagiaan.
Dengan tajam aku memandang pegunungan.
Begitu tinggi dan menyejukan.
Seolah aku ingin di bawa ke puncak ketinggian untuk meneriakan semua beban.
namun sayang, itu semua hanya sebatas pandangan. Hanya sekedar angan dan keinginan seorang manusia yang merindukan ketenangan jiwa dan kedamaian pikiran. Dan manusia itu aku. Dimana aku hanya seorang yang tidak tahu bagaimana cara mengembalikan ketenangan dan kebahagiaan yang kini hampir sirna, yang kini hampir tak ada.
Aku tertawa, namun bukan berarti aku bahagia.
Aku tersenyum, namun bukan berarti aku mendapat ketenangan dan kedamaian.
Itu semua hanya untuk menutupi semua kerapuhan perasaanku. Hanya untuk menutupi bahwa aku baik baik saja.

Kamis, 08 September 2011

perubahan kecil malam ini

sejak kemarin malam, rasa sakit di kepala ku bertahan. namun sekejap hilang, dan lalu rasa sakit itu kembali datang. Hingga sampai malam hari ini. Harus ku akui, rasa sakit di bagian kepala belakang ku ini terlampau sering ku rasa. entah karena memang kebiasaan ku yang sering menahan rasa lapar atau entah lah apa penyebabnya. malam ini, aku hanya berdiam diri di kamar, dalam keadaan rebahan, dan air mata ku menetes karena menahan rasa sakit di kepalaku ini. Ketika rasa sakitnya memuncak, air mata ini seakan turun semakin deras. dari dulu sampai sekarang, aku memang tidak bisa meminum obat secara langsung dengan menggunakan air. Aku baru bisa menelannya di bantu oleh pisang, jelly atau obat tersebut harus di hancurkan terlebih dahulu, mungkin ini yang membuat ku malas minum obat, apalagi jika dirumah tidak ada pisang. aku pun lalu tertidur, dengan mata sembab dan masih basah air mata di pipi ini. Tiba tiba sesosok laki laki datang. Iya dia ayahku. Dia menanyakan keadaanku lalu membawa kan obat dan segelas air. Lalu ia menghancurkan obat tablet itu ,menjadi serbuk puyer yang bisa aku minum. Bahkan dia menyuapi ku minum obat itu. Tahukah kamu teman? Ini perubahan kecil. Dimana terakhir aku di perlakukan seperti ini saat aku berumur 7 tahun. Sebelum pada akhirnya sebuah tragedi besar terjadi yang memisahkan kita. Dan membuat ada sedikit butir kebencian yang tertanam di batinku terhadapnya. Aku bahkan kaget, seakan tak percaya. Bahkan tahukah kamu? Mungkin dalam seminggu, semua kata yang aku ucapkan ke dia dan sebaliknya bisa dihitung menggunakan jari. Itu karna kami jarang sekali membuka obrolan. Namun kini? Dia memperlakukan dengan begitu manis. Tahukah kamu? Apa harapan ku saat itu? Aku berharap biarkanlah aku tetap sakit seperti ini, agar papa selalu juga, memberi ku perhatian yang sedemikian manis dan lembutnya.