Jumat, 16 November 2012

Surat Untuk Mama dan Papa

Hai mama dan papaku.
Sudah lama tidak menyapa kalian dengan panggilan seperti itu.
Rasanya lidahku mulai canggung untuk menyebutkan kata "Mama" dan "Papa"
Mungkin karena sudah cukup lama aku tidak mengucapkannya secara langsung, hanya didalam hati saja.
Bagaimana keadaan kalian disurga sana?
Tentunya kalian sudah bertemu dan kembali hidup berdua seperti dulu kan?
Aku senang membayangkannya.

Mama, Papa.
Sudah lama tidak bercerita dengan kalian.
Aku belum tahu bagaimana caranya mengirimkan surat ini kerumah allah.
Aku hanya menuliskan disini dan berharap diatas sana tuhan memberikan fasilitas internet untuk umatnya.
Atau fasilitas apa saja yang membuat surat ini dapat kalian baca.

Kamis, 08 November 2012

Senja yang Tak Berwarna

Langit menghitam.
Bersamaan saat tanganmu ku genggam.
Dalam angan.

Kilat terang bergantian datang.
Bersamaan saat hujan.
Aku didalam pelukan kamu yang tersayang.
Dalam harapan.

Tetes gerimis berjatuhan.
Berdenting disebuah atap.
Denganmu yang paling penting, aku betah untuk menetap.

Selasa, 06 November 2012

Darimu...

Darimu aku tahu,
Bagaimana cara menyenangkan diri.
Membuat segala rasa sakit tak nampak lagi.

Darimu aku tahu,
Apa yang kurasa adalah cinta.
Semisal debar pada apa yang kurasa.
Bukan hanya pipi menampakan rona merahnya,
Namun bahagia ada pada setiap detiknya.

Darimu aku tahu,
Bahwa luka akan berujung tawa pada akhirnya.
Semua bergantian pada masanya,
Tak peduli siap atau tidak, ia datang tanpa aba-aba.

Darimu aku tahu,
Segala yang ada pada cinta bukan hanya fatamorgana.
Beberapa dari yang kau beri padaku, aku merasakannya juga.
Dengan nyata dan tak terduga sebelumnya.


Sabtu, 03 November 2012

Bagaimana Jika Nanti...

Bagaimana jika nanti, aku memutuskan untuk melangkah pergi setelah apa yang selama ini kita jalani.

Bagaimana jika nanti, aku menyerah, karena telah lama lelah menunggu hubungan ini yang semakin tak terarah.


Bagaimana jika nanti, aku berpaling, dan akhirnya kamu tau bahwa selama ini hanya kamu yang ku anggap penting.


Bagaimana jika nanti, aku tidak memberimu kabar, membiarkan segala debar semakin cemas dalam ketidakpedulian.


Bagaimana jika nanti, aku tak sanggup lagi menunggu. Akankah kamu melepaskanku? atau membuktikan janjimu untuk memperjuangkanku.


Bagaimana jika nanti, semua rasa cinta ini memudar dan kau terlambat sadar, bahwa selama ini hatiku hanya butuhkanmu untuk bersandar.


Kamis, 01 November 2012

Membutuhkanmu

Aku hanya butuh, Tapi kamu terlalu jauh.
Bahkan rindu telah berjajar menjadi sepanjang jalan yang menyatukan lautan.
Bahkan sepi seringkali pergi dan kembali. Aku tetap sendiri.
Aku sering mengeluh, tentang jarak yang tak pernah mengelap peluh.

Jarak kita memang terlalu jauh.
Seringkali kesepian membuatnya jenuh.
Seringkali rindu berteriak gaduh.
Namun tak jua menemui waktu untuk bertemu.

Aku butuh bahumu, yang mampu melepaskan seluruh penatku.
Aku butuh jemarimu, yang menggenggam erat menguatkan aku.
Aku butuh senyummu, yang mampu menghadirkan ceria ditengah berbagai lara.