Selasa, 26 Juni 2012

Tanggal 6 Juni 2012


Ketakutan dan kekhawatiranku pun terjadi. Ayah, orang tua satu-satunya yang kini ku miliki sudah kembali ke sisi-Nya. Pukul 05.15 Rabu Pagi hembusan nafasnya terhenti, detak jantungnya tak berdegup lagi. Aku masih tertidur saat nenekku mengetahui hal itu lebih dahulu. Saat aku di bangunkan aku kaget dan sontak melompat ke kamar ditempat ayahku di baringkan selama koma 2 hari silam.
Kami. aku kakak, nenek dan kerabat keluarga menjaga papa dari luar kamarnya, kami berempat tidur diluar kamar dan memastikan bisa melihat kondisi papa dari jarak itu. Namun, Saat kakekku keluar rumah untuk sholat shubuh di mushola komplek seperti biasa. Mungkin saat itu pula hembusan nafas terakhir papa.
Begitu di beritakan kalau ayahku sudah tidak ada, aku duduk di sebelah tempat tidurnya. Berusaha sekuat tenaga menahan jatuhnya air mata ini. Berhasil hanya beberapa saat saja. Kemudian tumpah begitu derasnya. Aku memegang tangan papa, berusaha mencari denyut nadi nya. Sudah tidak ku temukan. Ku coba lagi dan lagi. Namun tidak berhasil. Aku meletakkan jari ku tepat di depan lubang hidung papa. Namun tidak ada nafas yang berhembus. Innalillahi wa innailaihi ro'jiun papa sudah di ambil oleh allah, Pulang kembali ke sisi-Nya.

Semua terlalu cepat. Semua pergi menghilang.
Mama, lalu kini Papa pun pergi.
Entah, apa rencana tuhan dibalik semua ini?
Satu persatu meninggalkan aku, yang sebenarnya masih sangat membuthkan kehadiran mereka untuk terus mengajariku dan membimbing ku dalam banyak hal.
Satu persatu kian berlalu dan pergi tak mungkin kembali pulang dan kami berkumpul lagi.
Entahlah, mungkin aku pernah membuat kesalahan fatal sehingga allah membiarkan ini semua terjadi padaku.

Menjadi Yatim Piatu, tidak pernah sedikitpun terpikirkan akan menyandang predikat Anak Yatim Piatu di Umur ku yang belum beranjak genap 18 tahun.
Kepergian mama satu tahun lalu, Seakan memberikanku satu tamparan yang begitu kencang, membawa kepedihan yang hingga kini belum bisa ku lupakan.
Kini, aku seakan menerima beribu ribu tamparan di hidupku, Diwajahku.
Satu rasa kehilangan yang meninggalkan berjuta-juta rasa pedih didalam diri ini, Entah sampai kapan luka ini akan pergi dan aku akan sembuh dari segala rasa bayang-bayang penyesalan dimana-mana.
Sampai kapan hingga pada waktunya aku akan berdiri lagi lalu menyadari kalau hidup ini tidak berhenti sekalipun telah ditinggal mati oleh kedua orang yang sangat teramat aku cintai, Kedua orang tuaku.

2 komentar:

Natasha R Santoso mengatakan...

Sabar ya talit.
Ada hikmah dibalik semua.
ini jadi pelajaran to be the best mom for your children in the future.
keep smile :)

talithabrantya mengatakan...

Amin. insya allah :)