Rabu, 12 September 2012

Mama ku Kembali, Mama ku Pulang.

Currently listening : Sammy Simorangkir - Kesedihanku


"Maaa... mamaaaaa....." aku memanggilnya setengah berlari.
Wanita yang baru saja aku jumpai saat itu. Mengingatkanku pada almarhum wanita hebat yang melahirkanku. Mama.
Paras wajah cantiknya bukan hanya sama, namun serupa.
Hanya saja model rambutnya sedikit lebih pendek dari rambut mama yang terakhir aku lihat di ruang ICU rumah sakit.
seorang wanita itu menoleh, pancaran sinar matanya membuatku sangat yakin.
Bahwa ia adalah mama.
Aku hampir tidak percaya. Bukannya mama telah dikubur ke dalam tanah satu tahun silam, setelah dokter mendiagnosa mama ku sudah tiada.
Lalu siapa wanita ini? wanita di hadapanku?
Aku langsung dengan sigap mengambil tangannya.
Mencium punggung telapak tangannya. Hangat.
Sejak itu aku merasakan aliran darahku mengalir lebih deras dari biasanya.
Merasakan detak jantungku berdetak luar biasa cepatnya.



Aku masih memanggilnya dengan sebutan Mama.
Lalu ia berkata "Aku bukan mama kamu!"

Namun tidak ku hiraukan. Naluri ku tetap berkata demikian.
Mungkin ia bisa berkata seperti itu, namun ikatan batin antara ibu dan anak selamanya tidak bisa di pisahkan.
Aku menangis berlutut di hadapannya, memeluk kaki mama.
Meminta maaf dengan teramat sungguh aku melakukannya.

"Ma, maafin ade selama ini nggak bisa jadi anak yang baik buat mama. Nggak pernah bahagiain mama, nggak pernah bikin mama bangga. Maaf ma, selama hidup ade dari kecil sampai sebesar ini selalu nyusahin dan jadi beban buat mama. Maaf ma, ade sering bantah omongan mama, sering marah-marah nggak jelas, sering nggak ngejalanin apa yang mama suruh. Maaf ma, tapi tulus dari hati ade yang terdalam ade sayang banget sama mama, selama ini ade sangat kehilangan mama. Dan selama mama pergi, ade banyak belajar biar jadi anak yang lebih baik. Jadi anak yang mandiri dan nggak mau nyusahin orang lain. Ade mohon ma, mama pulang. Balik lagi ke rumah. Ade janji nggak akan nyusahin mama. Ade janji bisa bikin mama bangga dan bahagia."

Air mata ku seakan tumpah, mengalir begitu derasnya. Tetap memeluk erat kaki mama tanpa berniat sedetik pun akan melepaskannya.
Aku mendongak, Melihat wajah wanita yang tidak mengaku sebagai ibu ku itu.
Wajahnya menangis, air matanya tidak kalah deras mengalirnya dengan air mataku.
Ia menyentuh pundakku, mengajakku berdiri di hadapannya.
"ia, mama maafin ade" wajahnya melengkungkan senyuman.
Ya allah, benarkah ini mama? benarkah ini seorang wanita yang melahirkanku? wanita yang sangat amat aku cinta?
IYA. seolah-olah aku mendapat jawaban dari allah.
Aku memeluk erat tubuh mama, menangis sejadi-jadinya.

Lalu mulai mencari tempat dan mengobrol lebih lama.

"Mama selama ini sekongkol sama yang lain. Sebenarnya mama masih hidup, mama sengaja mau bikin ade jadi anak yang mandiri, jadi anak perempuan mama yang tegar dan nggak cengeng, mama nggak mau kamu jadi anak manja kayak selama ini apa yang kamu mau selalu mama turutin. Tapi mama nggak pergi jauh-jauh, mama tetep awasin kamu dari deket, cuma mungkin ade nggak tau, mama selalu pantau kegiatan dan sikap ade sama orang lain. Mama mau anak mama jadi orang yang bisa berguna bagi orang banyak. Mama nggak nyangka bisa ketemu ade disini, dan yang terpenting ade bisa ngenalin mama, karena kan udah hampir dua tahun ade nggak ngeliat mama lagi, kan? Tapi mungkin ini udah di takdirin sama allah, kalo sandiwara ini harus di akhiri, karena ade udah lebih dari cukup bisa membanggakan mama dengan sikap ade yang udah mandiri sekarang, udah semakin giat ibadahnya, udah jauh berubah semakin baik. Tapi mama nggak bisa pulang ke rumah, itu bukan rumah mama."

Aku tidak melepaskan pelukan mama sedetik pun, selama perjalanan pulang aku bersandar di pundak mama, lalu mama membelai lembut rambutku, mencium rambutku tanpa henti.
Bahagia. Tidak ada yang lebih membuatku bahagia selain berada di samping mama.
Mama yang selama ini ku rindukan dan ku nantikan kehadirannya.
Mama yang selama ini ku anggap telah tiada, ternyata masih sempurna jiwa dan raganya.
Mama yang ku tau sudah mati, ternyata kini mama kembali lagi.

Mama mengantarkanku sampai dirumah, namun ia menolak untuk tinggal.
Mama berjanji padaku, akan sering menjenguk dan menjemputku untuk bertemu.
Kalimat terakhir sebelum mama meninggalkan rumahku "Nanti ada waktunya, mama akan jemput ade dan ngajak ade tinggal sama mama dirumah mama yang baru, sabar ya sayang"




Lalu aku terbangun...
Menyaksikan hal indah yang baru saja ku alami adalah sebuah mimpi.
Hanya sebatas mimpi yang tidak akan pernah terjadi.
Dan ku lihat air mata itu benar adanya. Aku benar-benar menangis ternyata.
Lalu melamun, berharap mimpi itu akan menjadi nyata.
Lalu butiran air mata itu menetes lagi, mengalir di pipi.
Aku sungguh merindukan mama, rindu terdalam yang datang dari hati ini tak bisa aku hindari, tak bisa aku pungkiri.




Tidak ada komentar: