Rabu, 20 Februari 2013

Sentuhan Hujan

Hujan meringkuk jadi pembatas buku
jejak-jejaknya basahi rambut kusutmu.
Hujan berjingkat di pekaranganmu.
Menyemai pagi yang manisnya tak semu.
Hujan menyapa malam-malammu.
Lewat deras rinainya ia menyapamu.

"Nak, mulailah bangun rumahmu.
Agar bisa berlindung dari gigilku."
"Bangunlah dari mimpi masa kecilmu.
Tentukan yang harus dituang atau dibuang.
Bermimpi itu mengarsiteki dirimu sendiri."

Hujan berteduh dalam sepatu kerjamu.
Ia tumbuhkan segala yang kau pijak,
kuncup bunga pun mekar dan bersorak:

"Ah, terima kasih tuan hujan,
tak ada lagi kemarau di jalan kami!"

Tidak ada komentar: